Virus Stuxnet yang merupakan buah karya Amerika dan Israel ternyata
telah menyerang Chevron, salah perusahaan minyak dan gas terbesar asal
Amerika.
Stuxnet memang dirancang agar dapat menyebar melalui
Microsoft Windows, namun hanya menginfeksi perangkat dengan sistem
tertentu, dalam hal ini target utamanya adalah berbagai fasilitas nuklir
yang berada di Iran.
Tak disangka dan tak diduga, ternyata virus
paling berbahaya itu juga tersebar di Amerika Serikat dan berhasil
masuk ke dalam jaringan IT Chevron.
"Saya pikir pemerintah AS
tidak menyadari seberapa jauh Stuxnet menyebar, dan apa yang telah
mereka capai bisa lebih buruk dari apa yang mereka tidak ketahui," kata
Mark Koelmel, General Manager of The Earth Sciences Department di
Chevron.
Chevron adalah perusahaan Amerika pertama yang mengaku
terjangkit virus 'penyerang nuklir' tersebut. Namun disinyalir, masih
banyak perusahaan lain di Negeri Paman Sam yang punya masalah serupa.
Hanya saja kebanyakan dari mereka enggan mengakui karena masalah
keamanan dan gengsi.
"Kami sudah melakukan berbagai cara untuk melindungi data kami dari serangannya (stuxnet-red)," aku Koelmel, seperti dikutip detikINET dari Wall Street Journal, Minggu (11/11/2012).
Kemunculan
Stuxnet di tahun 2010 silam memang amat menghebohkan. Virus ini
berhasil melumpuhkan ribuan komputer di Arab Saudi dan nyaris
meluncurkan nuklir dari salah satu fasilitas di Iran. Kini, virus
tersebut kembali menghebohkan karena mulai beraksi di 'tanah
kelahirannya'.
Sumber: Detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar